Diagonal Select - Hello Kitty 2

Kamis, 19 November 2015

MAKALAH KOMUNIKASI

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

TENTANG
KOMUNIKASI


OLEH
KELOMPOK V
1.      RAHMI MAYANTI SARI        (13338/09)
2.      SRI HANDAYANI NINGSIH  (1303520/13)
3.      YULI WARNA DEPI                (1303515/13)
4.      DAVID ARDI MARTA            (1303528/13)
5.      PUTRI SINTIA                         (1205354/12)
6.      MONIKA ANDRIYAS             (1303541/13)
7.      ARISWANDI                             (1303553/13)

  

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Komunikasi”

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai komunikasi yang baik dan diterapkan dalam sebuah organisasi. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai bagaimana seharusnya menerapkan komunikasi bagi para manajer dan karyawan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Padang, 24 Maret 2014

                                                                                                            Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang 1
1.2  Tujuan Penulisan 2
BAB II  PEMBAHASAN
2.1  Pengertian dan Proses Komunikasi 3
2.2  Model Komunikasi 6
2.3  Saluran Komunikasi dan Jenis Komunikasi 7
2.4  Hambatan dan Efektivitas Komunikasi 10
2.5  Pedoman Komunikasi yang Baik 13
BAB III  PENUTUP
3.1  Kesimpulan 15
3.2  Saran 16
KEPUSTAKAAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manajemen terhadap pelanggan berkembang menjadi bisnis yang kompleks. Pelanggan banyak memiliki kebutuhan sedangkan perusahaan memiliki banyak produk alternatif. Adanya persaingan antara perusahaan maka setiap perusahaan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggannya baik berupa produk maupun jasa. Untuk itu perusahaan membutuhkan tenaga manajemen untuk bertindak sebagai jembatan antara perusahaan dan pelanggan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi pelanggan dan mendayagunakan produk dan jasa yang diberikan perusahaan pada setiap peluang yang memungkinkan. Salah satu upaya suatu perusahaan untuk memberi pelayanan kepada pelanggan adalah dengan membangun komunikasi yang lebih luas.
Perangkat komunikasi yang sedang berkembang dan digunakan banyak perusahaan adalah call center. Dengan call center maka komunikasi pelanggan dan perusahaan akan terjalin. Call center digambarkan sebagai pintu penghubung perusahaan yang selalu terbuka bagi pelanggan. Hanya dengan mengangkat telepon maka pelanggan dengan mudah memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan produk .
Ketika melakukan komunikasi melalui telepon, menunggu bukanlah hal yang menyenangkan. Seperti halnya jenis pelayanan jasa, antrian call yang masuk juga tidak dapat dihindari dalam call center. Antrian tersebut terjadi sebagai akibat tidak ada keseimbangan antara ketersediaan fasilitas pelayanan dengan permintaan yang tinggi. Sebagai konsekuensinya maka perusahaan harus mengelola sistem antrian dengan baik karena antrian merupakan salah satu dasar pengukuran pelayanan call center.


1.2  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi organisasi
terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasi dan tekanan pekerjaan yang di sebabkan oleh komunikasi vertikal maupun horizontal. Penulisan ini merupakan penulisan empiris dengan menggunakan simple random sampling di dalam pengambilan sampel. Data yang diperoleh dari sumber – sumber yang dapat dipercaya dan buku - buku yang ditulis.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja.
Komunikasi organisasi berpengaruh negatif terhadap tekanan pekerjaan. Tekanan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap kinerja Komunikasi organisasi tidak berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian ini tidak menunjukkan komitmen organisasi dan tekanan pekerjaan sebagai variabel intervening atas pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN DAN PROSES KOMUNIKASI  
1.  Pengertian Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau informasi seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya berupa kata-kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti ekpresi wajah, intonasi dan sebagainya.
Komunikasi dapat menghubungkan antara bagian yang berbeda atau disebut rantai pertukaran informasi. Hal ini mengandung unsur-unsur:
1) sebagai kegiatan untuk seseorang mengerti.
2) sebagai sarana pengendalian informasi.
3) sebagai sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu.

2.  Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
a.        Sumber mempunyai gagasan, pemikiran, dan pesan
Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan.  Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.

b.  Diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan symbol-simbol
Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.  Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.

c.  Disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima
Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode).  Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara,menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu.  Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan.  Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon.  Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau ohp (overheadprojector).  Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.

d.  Penerima menangkap simbol-simbol
Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan.  Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang.  Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.  Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan  hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.

e.  Diterjemahkan kembali atau diartikan kembali menjadi suatu gagasan
Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.

f.   Mengirimkan berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim.
Langkah terakhir adalah umpan balik. Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima memberikan respon atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Jadi komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Inilah yang disebut bahwa komunikasi yang efektif itu akan menimbulkan interaksi yang baik pula dalam melaksanakan tujuan organisasi.


2.2 MODEL KOMUNIKASI
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1.      Model komunikasi linier (one-way communication).
 Dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2.      Model komunikasi interaksional.
Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3.      Model komunikasi transaksional.
Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.

2.3  Saluran Komunikasi dan Jenis Komunikasi
      1Saluran Komunikasi
·      Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah.
Ø  Downward Communication: komunikasi atas ke bawah. Dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah.
      Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.
      Contoh pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman, rapat, majalah intern.
Ø  Upward communication: komunikasi dari bawah ke atas. Fungsi utama komunikasi ke atas ( upward communication ) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah.
 Contoh staf memberikan laporan, saran-saran, pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan.

·      Komunikasi Lateral atau Horizontal
Komunikasi lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut ini :
1. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.
2. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen- departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan lateral, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.
·      Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan – hubungan departemen lini dan staf.

2. Jenis Komunikasi
Ø Komunikasi lisan dan tertulis
Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak bentuk komunikasi: terutama komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), disampaikan secara lisan maupun tertulis. Karena sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam bentuk ini, maka berbagai studi telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari pesan yang disampaikan dengan cara ini.

Ø Komunikasi verbal dan non verbal
Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan atau ide yang timbul akan dikomunikasikan. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal non verbal. Dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan, keadaan jiw, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat(gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandangan mata, dan stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan.

Ø Komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping
Penggolongan komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping (lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi didalam suatu organisasi. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam, maka akan diuraikan ketiga jenis komunikasi tersebut :
-    Komunikasi kebawah
Aliran informasi dalam komunikasi kebawah mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke manajemen menengah, manajemen yang lebih rendah, dan akhirnya sampai pada karyawan operasional. Komunikasi ini juga mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi dan evaluasi.
-    Komunikasi keatas
Alirannya dalam hirarki wewenang yang lebih rendah ke lebih tinggi biasanya mengalir disepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah.
-    Komunikasi kesamping
    Terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau antara orang atau juga pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal).
Ø Komunikasi formal dan informal
Komunikasi formal terjadi diantara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Komunikasi informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka.

2.4  Hambatan dan Efektivitas Komunikasi
1.  Hambatan Komunikasi
      Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

     a.   Status effect
       Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

b.  Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.

c.  Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.

d.  Cultural Differences
      Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

e.  Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

f.   Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

g.  No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.     

2.  Efektivitas Komunikasi

   Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.
Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.

       Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa. Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana:
1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh    
    pengirimnya.
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan
    ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
    untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

2.5  Pedoman Komunikasi yang Baik

1. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi
        Dalam setiap komunikasi yang disampaikan harus ada tujuan yang ingin dicapai, oleh karena itu kita harus bisa meneliti dari pesan yang disampaikan itu sehingga bisa tenjalin komunikasi yang baik antara satu karyawan dengan karyawan yang lainnya.

2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi
Sebelum kita memulai berkomunikasi dengan orang lain, kita harus melihat kondisi orang tersebut, apakah fisik orang tersebut sedang baik atau tidak. Karena kalau fisiknya lagi baik, maka pesan didalam berkomunikasi yang kita sampaikan itu dapat diterima dengan baik, sehingga akan ada umpan balik dari orang tersebut, tetapi kalau fisik orang itu dalam keadaan tidak baik, maka pesan yang kita sampaikan itu akan percuma dan tidak dapat diterimanya dengan baik.

3.   Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen mulai dari merencanakan   sampai evaluasi.
Setelah menyampaikan pesan kepada pihak lain, kita harus bisa mengajak pihak lain tersebut untuk berkonsultasi, karena dengan berkonsultasi kita bisa mengeluarkan pendapat kita apakah pesan yang sisampaikan itu dapat diterima atau tidak.  kita juga bisa mengeluarkan pendapat atau memberi masukan untuk mencapai suatu tujuan yang baik dalam berorganisasi sehingga akan menciptakan kinerja yang baik dalam sebuah perusahaan

4.   Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang  disampaikan.
Dalam berkomunikasi, kita harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pihak lain. Caranya dengan memperhatikan tekanan suara kita dan ekspresi wajah kita agar orang yang kita ajak didalam berkomunikasi merasa senang menerima pesan yang kita sampaikan itu.

5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi .
       Dalam berkomunikasi kita harus berkosentrasi dalam menyampaikan pesan yang kita sampaikan, karena kalau kita tidak punya konsentrasi dalam menyampaikan pesan, maka pesan yang kita sampaikan itu bisa salah pengertian sehingga akan menyebabkan kesalahan dalam berkomunikasi.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Komunikasi organisasi sangat tergantung bagai mana pesan itu di kirim, di terima dan di interpretasikan. Komikasi yang berlangsung baru di katakan baik manakala pesan dari si pengirim terjawab sesuai dengan makna pesan itu sendiri. Sedangkan komunikasi yangefektif terjadi jika antara si pengirim dan si penerima pesan memiliki pengertian yang sama dan traplikasikan dari umpan balik yang berlangsung. Komunikasi yang baik dapat di capai melalui komunikasi yang jelas atau yang baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan komunikasi yang efektif membutuhkan bukan hanya melalui penyampaian pesan secara lisan maupun tulisan baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal.
Untuk itu dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dalam organisasi perlu di tingkatkan kesadaranakan kebutuhan komunikasi yang efektif untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan. Jadi dalam menyampaikan gagasan, kebijakan,program,visi, pembagian kerja oleh para manajer sangat di tentukan oleh keterampilan komunikasinya dalam organisasi. Di  sisi lain penggunaan umpan balik harus benar-benar sesuai dengan isi pesan yang di sampaikan oleh pengirim pesan, atau bawahan kepada pimpinan dan sesama bawahan.


3.2  Saran
1. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi.
2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi.
3. Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen.
4. Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan.
5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi
6. Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi.



KEPUSTAKAAN


Applbaum, Ronald L, 1974, Strategies for Persuasive Communication, Charles E. Merril
        Publishing Company, Columbus, Ohio.
Effendy, 1989, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung.
Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen, BPFE,Jogyakarta
Muhammad, Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Liliweri, Alo, 1997, Sosiologi Organisasi, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta.