MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN
TENTANG
KOMUNIKASI
OLEH
KELOMPOK V
1.
RAHMI MAYANTI SARI (13338/09)
2.
SRI HANDAYANI NINGSIH (1303520/13)
3.
YULI WARNA DEPI (1303515/13)
4.
DAVID ARDI MARTA (1303528/13)
5.
PUTRI SINTIA (1205354/12)
6.
MONIKA ANDRIYAS (1303541/13)
7.
ARISWANDI (1303553/13)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Komunikasi”
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai komunikasi
yang baik dan diterapkan dalam sebuah organisasi. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai
bagaimana seharusnya menerapkan komunikasi bagi para manajer dan karyawan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Padang, 24 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Proses Komunikasi
3
2.2 Model Komunikasi
6
2.3 Saluran Komunikasi dan Jenis Komunikasi
7
2.4 Hambatan dan Efektivitas Komunikasi
10
2.5 Pedoman Komunikasi yang Baik
13
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
3.2 Saran
16
KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manajemen terhadap pelanggan berkembang
menjadi bisnis yang kompleks. Pelanggan banyak memiliki kebutuhan sedangkan
perusahaan memiliki banyak produk alternatif. Adanya persaingan antara
perusahaan maka setiap perusahaan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi
pelanggannya baik berupa produk maupun jasa. Untuk itu perusahaan membutuhkan
tenaga manajemen untuk bertindak sebagai jembatan antara perusahaan dan
pelanggan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi pelanggan dan
mendayagunakan produk dan jasa yang diberikan perusahaan pada setiap peluang
yang memungkinkan. Salah satu upaya suatu perusahaan untuk memberi pelayanan
kepada pelanggan adalah dengan membangun komunikasi yang lebih luas.
Perangkat komunikasi yang sedang
berkembang dan digunakan banyak perusahaan adalah call center. Dengan call
center maka komunikasi pelanggan dan perusahaan akan terjalin. Call center digambarkan
sebagai pintu penghubung perusahaan yang selalu terbuka bagi pelanggan. Hanya
dengan mengangkat telepon maka pelanggan dengan mudah memperoleh berbagai
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan produk .
Ketika melakukan komunikasi melalui
telepon, menunggu bukanlah hal yang menyenangkan. Seperti halnya jenis
pelayanan jasa, antrian call yang masuk juga tidak dapat dihindari dalam call
center. Antrian tersebut terjadi sebagai akibat tidak ada keseimbangan antara
ketersediaan fasilitas pelayanan dengan permintaan yang tinggi. Sebagai
konsekuensinya maka perusahaan harus mengelola sistem antrian dengan baik
karena antrian merupakan salah satu dasar pengukuran pelayanan call center.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh komunikasi organisasi
terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasi dan tekanan pekerjaan yang di sebabkan oleh komunikasi vertikal maupun horizontal. Penulisan ini merupakan penulisan empiris dengan menggunakan simple random sampling di dalam pengambilan sampel. Data yang diperoleh dari sumber – sumber yang dapat dipercaya dan buku - buku yang ditulis.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja.
terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasi dan tekanan pekerjaan yang di sebabkan oleh komunikasi vertikal maupun horizontal. Penulisan ini merupakan penulisan empiris dengan menggunakan simple random sampling di dalam pengambilan sampel. Data yang diperoleh dari sumber – sumber yang dapat dipercaya dan buku - buku yang ditulis.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja.
Komunikasi organisasi berpengaruh
negatif terhadap tekanan pekerjaan. Tekanan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap
kinerja Komunikasi organisasi tidak berpengaruh terhadap komitmen organisasi
dan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian ini
tidak menunjukkan komitmen organisasi dan tekanan pekerjaan sebagai variabel
intervening atas pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DAN PROSES KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi
diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau informasi seseorang ke
orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya berupa kata-kata yang
disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti ekpresi
wajah, intonasi dan sebagainya.
Komunikasi
dapat menghubungkan antara bagian yang berbeda atau disebut rantai pertukaran
informasi. Hal ini mengandung unsur-unsur:
1) sebagai kegiatan untuk seseorang
mengerti.
2) sebagai sarana pengendalian
informasi.
3) sebagai sistem bagi terjalinnya
komunikasi diantara individu-individu.
2.
Proses Komunikasi
Proses
komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya,
sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan
komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi,
banyak melalui perkembangan. Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada
interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi.
Proses komunikasi diawali oleh
sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi
dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
a. Sumber mempunyai gagasan, pemikiran, dan pesan
Langkah pertama yang dilakukan
sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat
informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi
suatu pesan yang akan disampaikan.
b. Diterjemahkan atau disandikan ke dalam
kata-kata dan symbol-simbol
Langkah kedua dalam penciptaan suatu
pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam
wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk
menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.
Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya
dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti
bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
c. Disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan
kepada penerima
Langkah ketiga dalam proses
komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber
menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara,menulis, menggambar
ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita
mengenal istilah channel atau saluran yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu
pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio
dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap
materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata
tertulis seperti: televisi, kaset, video atau ohp (overheadprojector).
Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun
hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
d. Penerima menangkap simbol-simbol
Langkah keempat, perhatian dialihkan
kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu
menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar,
pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding,
yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan
kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan
decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya
penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana
pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
e. Diterjemahkan kembali atau diartikan kembali
menjadi suatu gagasan
Komunikan (receiver) menerima pesan
yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa
yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
f. Mengirimkan berbagai bentuk umpan balik
kepada pengirim.
Langkah terakhir adalah umpan balik.
Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima memberikan respon atau
tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau
memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Jadi komunikasi adalah proses yang
berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Inilah yang disebut bahwa komunikasi
yang efektif itu akan menimbulkan interaksi
yang baik pula dalam melaksanakan tujuan organisasi.
2.2
MODEL KOMUNIKASI
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
dalam Human
Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1.
Model komunikasi linier (one-way communication).
Dalam model ini
komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang
diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat
monolog.
2. Model komunikasi
interaksional.
Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi
feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan
ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada
satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai
komunikan.
3. Model komunikasi
transaksional.
Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan
(relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa
semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat
dikomunikasikan.
2.3 Saluran Komunikasi dan Jenis Komunikasi
1. Saluran
Komunikasi
· Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri atas
komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah.
Ø Downward Communication: komunikasi
atas ke bawah. Dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui
tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling
bawah.
Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk
memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada
bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang
tujuan dan kebijaksanaan organisasi.
Contoh pimpinan
memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman,
rapat, majalah intern.
Ø Upward communication: komunikasi
dari bawah ke atas. Fungsi utama komunikasi ke atas ( upward communication )
adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa
yang terjadi pada tingkatan bawah.
Contoh staf
memberikan laporan, saran-saran, pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada
pimpinan.
· Komunikasi Lateral atau Horizontal
Komunikasi lateral atau horizontal
meliputi hal-hal berikut ini :
1. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja
yang sama.
2. Komunikasi yang terjadi antara
dan di antara departemen- departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya
bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi.
Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan
masalah. Komunikasi lateral, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan
lateral, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.
· Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal merupakan
komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi.
Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan – hubungan departemen lini dan
staf.
2.
Jenis Komunikasi
Ø Komunikasi lisan dan tertulis
Dasar
penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan
disampaikan. Banyak bentuk komunikasi: terutama komunikasi antar pribadi
(interpersonal communication), disampaikan secara lisan maupun tertulis. Karena
sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam bentuk ini, maka berbagai studi
telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari pesan yang disampaikan
dengan cara ini.
Ø Komunikasi verbal dan non verbal
Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai
perasaan dan gagasan atau ide yang timbul akan dikomunikasikan. Perasaan
seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat atau
signal-signal non verbal. Dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan,
keadaan jiw, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat(gesture),
ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak
pandangan mata, dan stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan
kata-kata yang diucapkan.
Ø Komunikasi kebawah, keatas, dan
kesamping
Penggolongan komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping
(lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi didalam
suatu organisasi. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam, maka akan
diuraikan ketiga jenis komunikasi tersebut :
- Komunikasi kebawah
Aliran informasi dalam komunikasi kebawah mengalir dari
tingkatan manajemen puncak ke manajemen menengah, manajemen yang lebih rendah,
dan akhirnya sampai pada karyawan operasional. Komunikasi ini juga mempunyai
fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi dan evaluasi.
- Komunikasi keatas
Alirannya dalam hirarki wewenang yang lebih rendah ke lebih
tinggi biasanya mengalir disepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah
untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan dan pelaksanaan
pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah.
-
Komunikasi kesamping
Terjadi antara dua
pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama
(komunikasi horizontal) atau antara orang atau juga pihak pada tingkatan yang
berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya
(komunikasi diagonal).
Ø Komunikasi formal dan informal
Komunikasi formal terjadi diantara karyawan melalui garis
kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Komunikasi
informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat
berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi
jabatan mereka.
2.4
Hambatan dan Efektivitas Komunikasi
1.
Hambatan Komunikasi
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan
yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi
dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas
oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut
Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan
komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
a. Status effect
Adanya perbedaaan
pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan
status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang
diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan
aspirasinya atau pendapatnya.
b. Semantic
Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa
yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan
perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator
harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan
pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya
bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan
pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi
menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
c. Perceptual
distorsion
Perceptual distorsion dapat
disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan
perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain.
Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara
pandang antara satu dengan yang lainnya.
d. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi
karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial.
Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda.
Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku.
Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh,
tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa
sup.
e. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh
gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya
: suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya
yang kurang jelas.
f. Poor choice of communication
channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada
media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan
sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang
hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang
buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan
jelas.
g. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang
sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan
tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang
sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang
ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan
tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan
gagasan seorang manajer.
2. Efektivitas Komunikasi
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam
proses komunikasi.
Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa. Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana:
1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh
pengirimnya.
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan
ditindaklanjuti dengan perbuatan yang
diminati oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.
2.5 Pedoman Komunikasi yang Baik
1.
Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi
Dalam setiap komunikasi yang
disampaikan harus ada tujuan yang ingin dicapai, oleh karena itu kita harus
bisa meneliti dari pesan yang disampaikan itu sehingga bisa tenjalin komunikasi
yang baik antara satu karyawan dengan karyawan yang lainnya.
2.
Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi
Sebelum kita memulai berkomunikasi
dengan orang lain, kita harus melihat kondisi orang tersebut, apakah fisik
orang tersebut sedang baik atau tidak. Karena kalau fisiknya lagi baik, maka
pesan didalam berkomunikasi yang kita sampaikan itu dapat diterima dengan baik,
sehingga akan ada umpan balik dari orang tersebut, tetapi kalau fisik orang itu
dalam keadaan tidak baik, maka pesan yang kita sampaikan itu akan percuma dan
tidak dapat diterimanya dengan baik.
3. Konsultasikan
dengan berbagai pihak setiap proses manejemen mulai dari merencanakan sampai evaluasi.
Setelah menyampaikan pesan kepada pihak
lain, kita harus bisa mengajak pihak lain tersebut untuk berkonsultasi, karena
dengan berkonsultasi kita bisa mengeluarkan pendapat kita apakah pesan yang
sisampaikan itu dapat diterima atau tidak.
kita juga bisa mengeluarkan pendapat atau memberi masukan untuk mencapai
suatu tujuan yang baik dalam berorganisasi sehingga akan menciptakan kinerja
yang baik dalam sebuah perusahaan
4. Perhatikan
tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan.
Dalam berkomunikasi, kita harus mampu
menjalin komunikasi yang baik dengan pihak lain. Caranya dengan memperhatikan
tekanan suara kita dan ekspresi wajah kita agar orang yang kita ajak didalam
berkomunikasi merasa senang menerima pesan yang kita sampaikan itu.
5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi .
Dalam
berkomunikasi kita harus berkosentrasi dalam menyampaikan pesan yang kita
sampaikan, karena kalau kita tidak punya konsentrasi dalam menyampaikan pesan,
maka pesan yang kita sampaikan itu bisa salah pengertian sehingga akan
menyebabkan kesalahan dalam berkomunikasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Komunikasi organisasi sangat tergantung
bagai mana pesan itu di kirim, di terima dan di interpretasikan. Komikasi yang
berlangsung baru di katakan baik manakala pesan dari si pengirim terjawab
sesuai dengan makna pesan itu sendiri. Sedangkan komunikasi yangefektif terjadi
jika antara si pengirim dan si penerima pesan memiliki pengertian yang sama dan
traplikasikan dari umpan balik yang berlangsung. Komunikasi yang baik dapat di
capai melalui komunikasi yang jelas atau yang baik secara lisan maupun tulisan.
Sedangkan komunikasi yang efektif membutuhkan bukan hanya melalui penyampaian
pesan secara lisan maupun tulisan baik komunikasi verbal maupun komunikasi non
verbal.
Untuk itu dalam rangka meningkatkan
efektivitas komunikasi dalam organisasi perlu di tingkatkan kesadaranakan
kebutuhan komunikasi yang efektif untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan
pencapaian tujuan. Jadi dalam menyampaikan gagasan, kebijakan,program,visi,
pembagian kerja oleh para manajer sangat di tentukan oleh keterampilan
komunikasinya dalam organisasi. Di sisi
lain penggunaan umpan balik harus benar-benar sesuai dengan isi pesan yang di
sampaikan oleh pengirim pesan, atau bawahan kepada pimpinan dan sesama bawahan.
3.2
Saran
1. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi.
2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi.
3. Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen.
4. Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan.
5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi
6. Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi.
2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi.
3. Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen.
4. Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan.
5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi
6. Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi.
KEPUSTAKAAN
Applbaum,
Ronald L, 1974, Strategies for Persuasive Communication, Charles E. Merril
Publishing Company, Columbus, Ohio.
Effendy, 1989, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung.
Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen, BPFE,Jogyakarta
Muhammad, Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Liliweri, Alo, 1997, Sosiologi Organisasi, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta.
Publishing Company, Columbus, Ohio.
Effendy, 1989, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung.
Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen, BPFE,Jogyakarta
Muhammad, Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Liliweri, Alo, 1997, Sosiologi Organisasi, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta.